Jumat, 06 Desember 2019

Seni sastra Hindu dan Buddha di Indonesia



SENI SASTRA DARI MASA HINDU – BUDDHA

          Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya adalah cerita Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa bagian (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya meliputi 24.000 sloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para ahli sejarah beranggapan bahwa lebih masuk akal jika kitab itu merupakan kumpulan berbagai cerita brahmana antara tahun 400 SM sampai 400 M.[1]
perkembangan kesusasteraan bercorak Hindu-Budha. Kitab Ramayana dan Mahabarata yang ada di India turut pula berpengaruh terhadap bidang sastra Indonesia. Kemudian di Indonesia muncul berbagai orang yang ahli dalam membuat kitab atau yang terkenal dengan nama Empu (Mpu). Para Mpu atas perintah dari Raja kemudian membuat karya sastra yang berbentuk kakawin yang berisi tentang kejayaan sang raja. Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam bahasa Jawa Kuno dengan metrum (satuan irama) yang berasal dari India.

Karya sastra Hindu-Buddha itu kini banyak yang disimpan di negeri Belanda, karena pada masa penjajahan dulu Belanda berhasil membawa dan menyelamatkan beragam bentuk karya sastra yang ada di berbagai kerajaan. Apabila hendak membaca karya sastra tersebut, kita bisa menggunakan terjemahan yang ada di beberapa perpustakaan ternama. Dari berbagai terjemahan itu, kita bisa menyaksikan bagaimana kuatnya pengaruh India di dalam perkembangan tradisi tulis yang ada di Indonesia.[2]
A.    ZAMAN KEDIRI
Pada zaman kerajaan kediri, karya sastra berkembang pesat. Diantaranya adalah :
1.      Kakawin Bharatayudha
Gambar 1.1 Kitab Kakawin Bharatayudha
Sumber: https://www.google.co.id/search?dcr=0&biw=1366&bih=613&tbm=isch&sa=1&ei=X4kjWobRDsjG0gS5nbCQCw&q=kitab+kakawin+baratayuda&oq=kakawin+ba&gs_l=psy-ab.

Kakawin Bharatayudha merupakan Karya Empu Sedah dan Empu Panuluh, yang berisi tentang kemenangan Janggala atas Panjulu saat masa pemerintahan Raja Jayabaya. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya dan selesai ditulis pada 6 November 1157.
2.   KITAB KRESNAYANA
Gambar 1.2 Kitab Kresnayana
Sumber: http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-kediri
Kitab Kresnayana merupakan karya Empu Triguna, yang berisi tentang riwayat kehidupan Kresna yang pada masa kecilnya dikenal sebagai seorang anak nakal, namun disayangi banyak orang sebab suka menolong. Selain itu, Kresna juga mempunyai kesaktian yang luar biasa, dan setelah dewasa ia dikawini dengan Dewi Rukmini.


3.      KITAB SUMARASANTAKA (tidak ada dokumentasi gambar)
Kitab Sumarasantaka adalah karya Empu Monaguna, yang berisi tentang bidadari Harini yang terkena kutukan dan menjelma sebagai seorang putri di bumi. Setelah masa hukumannya habis, ia kembali ke kahyangan.


4.   KITAB HARIWANGSA DAN GATOT KACAS RAYA (tidak ada gambar)
Kitab Hariwangsa dan Gatot Kacas Raya adalah karya Empu Panuluh, yang berisi tentang kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukmini.

5.      KITAB SMARADHANA
Gambar 1.3 kitab Smaradhana
Sumber: http://sejarahlengkap.com/wp-content/uploads/2017/06/Kitab-Smaradhana-300x233.jpg

Kitab Smaradhana adalah karya Empu Dharmaja yang isinya menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yang merupakan sepasang suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka.


6.   KITAB LUBDAKA DAN KITAB WIRTASANCAYA
Kitab Lubdaka dan Kitab Wirtasancaya adalah karya Empu Tan Akung.


B.     ZAMAN MAJAPAHIT
Pada zaman majapahit, karya sastra juga berkembang pesat, dan hasil sastranya terbagi menjadi zaman majapahit awal dan juga majapahit akhri. Diantaranya adalah :
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AWAL
1.    Kitab Negara Kertagama
Gambar 1.4 Kitab Negara Kertagama
Sumber: https://scoopadm.apps-foundry.com/scoopcor/api/v1/items/30633/preview/1.jpg

Karya Empu Prapanca, yang berisi tentang keadaan kerajaan Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan pemerintahan Hayam Wuruk dalam memimpin daerah-daerah kekuasaannya.

2.    Kitab Sutasoma
Gambar 1.5 Kitab Sotasoma
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-jDvutpmy125OqK5BS1paxhnMmkpsRzBJJ_ryBUIWTTXhlSzGrsJ6GF6LX2wPEdrN4n539gygRvpuXker7eSevo6wGPUoTfkNBuBSbKSQO1j7knPhnKeRH786rVRsKdK3CQrJZM0ie4U/s1600/sutasoma.jpg

Karya Empu Tantular, yang berisi tentang anak raja yang menjadi pendeta Buddha. Anak raja ini rela mengorbankan dirinya untuk kesejahteraan semua mahluk. Oleh sebab itu, banyak orang yang tertolong olehnya. Di dalam kitab juga terdapat ungkupan yang berbunyi : “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrawa” yang saat ini dipakai sebagai lambang NKRI.
3.    Kitab Arjunawijaya
Gambar 1.6 Kitab Arjunawijaya
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDZrz7mhJy_USq_raZq-NIkvGa9sDE6IFGRLBb369vUgaWwjiA0x-Q8onRFmN8TjBzZyPf07z7jgKrClhaFkTEOs0YrM1uStzTPilJzBo_F9OBu_r_i4nGJ7qIetao_ddgfRpgrx92ezSo/s1600/download+%25283%2529.jpg

Karya Empu Tantular, yang berisi tentang raksasa yang berhasil dibunuh oleh Arjuna Sasrabahu.

4.    Kitab Kunjarakarna
Gambar 1.7 naskah kunjarakarna
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/b/b6/Kunjarakarna_LOr_2266.jpg

Naskah nipah Kuñjarakarna yang disimpan di Universitas Leiden sebagai naskah Orientalis 2266, halaman 1 verso. Berisi tentang raksasa Kunjarakarna yang sangat ingin berubah menjadi manusia. Raksasa ini menghadap Wairocana dan diizinkan melihat neraka. Sebab ia taat kepada agama Buddha, maka keinginannya di kabulkan.

5.    Kitab Parthayajna
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge-I16c-z93dro8lKYBISbdbKpXrVGM1HTEUDE-zRchkejXEfd1HR1-Kdsspv7tlyvxlsSuQCnWb2PG0Iix3I1_OKqHMo8QhIDVNZ1cmCT37NNYDcNx4xmBrQBJ-35blfKmn3a4rRAc2qk/s1600/parthayajna.jpg
Berisi tentang keadaan Pandawa setelah kalah main dadu bersama Kurawa, yang akhirnya diasingkan ke hutan.
  • SASTRA ZAMAN MAJAPAHIT AKHIR
  • Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha terhadap Seni Rupa – Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung. [3]

Hasil karya sastara zaman majapahit akhir, lebih banyak ditulis dengan bahasa Jawa Tengah. Di antaranya ada juga yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran (prosa).

1.    Kitab Pararaton
Gambar 1.8 Kitab Paraton
Yang berisi tentang cerita mitos atau dongeng tentang raja-raja Singasari dan Majapahit. Selain itu juga diceritakan tentang Raja Jayanegara, pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe dan Sora, serta peristiwa Bubat.

2.    Kitab Sudayana
Sumber: https://pbs.twimg.com/media/A2uyk4fCQAAuUhD.jpg
Yang berisi tentang peristiwa bubat, yaitu rencana perkawinan yang akhirnya berubah menjadi pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada. Di dalam pertempuran bubat ini, raja Sunda dengan pembesarnya terbunuh, dan Dyan Pitaloka membunuh dirinya sendiri.

3.    Kitab Sorandakan
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyDV83ouHSqg1sgYm8ZSw0zW-N_s3Key-tkoDGL_6ei3ImkhMRkY5xjZA-lMCdhj1lNtHH9lWD_AK5YgH-RliaYW6mwZoSn78ptE4Rya6KveRy6qLUOk9XnNzSK6thRHRWoF6F9UDMA9qt/s1600/download+%25281%2529.jpg
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh Sora terhadapa Raja Jayanegara di Lumajang.

4.    Kitab Ranggalawe
Gambar 1.9 Kitab Ranggalawe
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGHafh-dkngTF1xoN9wDTcnxZSSmMGas1WOLD_dSYcz35nhyOlwwq6VT1XiQFwHEEXegcB362AN20z8FmpfEFvXXec02Z6DWIiXivqKmF1mXN2ny9s1bDizK0WmhLR1Q_bdgmRaqGxsNQ/s1600/Kitab+Ranggalawe.jpeg

Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tentang pemberontakan Ranggalawe dari Turban terhadap Raja Jayanegara.
5.    Kitab Panjiwijayakrama (tidak ada gambar)
Yang ditulis dalam bentuk kidung, menceritakan tetnang riwayat Raden Wijaya sampai berhasil mendirikan kerajaan Majapahit.


6.    Kitab Usana Jawa (tidak ada gambar)
Yang berisi tentang penaklukan Bali oleh Patih Gajah Mada dan Aryadamar.


7.    Tantu Panggelaran(tidak ada gambar)
Yang berisi tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa, oleh Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Keruntuhan gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa menghasilkan gunung-gunung di Jawa lainnya. Dan juga berisi tentang mitos penjadian manusia.

8.    Kitab Calon Arang
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg65WkLoSm5el7h0AwA3Lu8FcqqPUvvMGE9_XibPMCSZDHorcdo7Ll3GQa2zq50Bty5Gg8Ww2LoGXS12j19NEB1UkbSt_hmzxWl7TDvdZON7W949wEP6rX0eUF7Fd7T-a1OyMFO_rjSwo/s400/tjita-dewa-calon-arang-copy.jpg

Yang berisi tentang seorang pengrajin tenun, yang bernama Calon Arang yang hidup saat masa pemerintahan Raja Airlangga. Penenun ini memiliki anak yang sangat cantik, namun tidak ada yang berani untuk meminangnya. Calon Arang merasa terhina dan menyebarkan wabah penyakit di seluruh negeri. Atas perintah Raja Airlangga, ia dapat dibunuh oleh Empu Bharada.[4]



Kamis, 05 Desember 2019

profil penulis dan dosen pengampu

1). Profil dosen pengampu




sumber foto : https://agamalokal2018saa4akelompok8.blogspot.com/2018/05/profile-blog_11.html

Siti Nadroh , S, Ag. M, Ag
14 Juli 1972
Dosen Matakuliah Hindu Budha di Indonesia
Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Profil penulis (kelompok 2)











( sumber foto : diambil langsung saat berada di kelas )

nama : Irma Sholeha 
NIM : 11170321000002
Lahir : 19 september 1999

nama : mawar yantesa putri 
NIM : 11170321000006
Lahir : 24 Desember 1999

nama : melda wulandari
NIM : 11170321000008
Lahir : 18 November 1998


Relasi persahabatan di pura agung wira dharma samudra cilandak dan vihara sobhita cisauk



video observasi ke pura dan vihara 



https://www.youtube.com/watch?v=gHWVpyjGaL0


Laporan hasil kunjungan
Pura wiradharma samudra



   A.    Latar belakang
Mengingat prodi perbandingan agama adalah prodi yang mengkaji agama-agama di dunia secara objektif. Indonesia adalah Negara yang mejemuk akan keberagamaan, bukan hanya islam sebagai elemen penting dalam keagamaan Indonesia, termasuk hindu juga merupakan bagian keagamaan di Indonesia. Agama hindu sangat berperan besar di Indonesia, khususnya dalam bidang budaya yang banyak terlihat di Jawa dan Bali.

B.     Deskripsi
Pelaksaan kegiatan yang kami lakukan adalah mengenai persahabatan dengan saudara dari umat Hindu melalui percakapan secara langsung. Kami melakukan observasi pada tanggal 21 oktober 2019. Pada sore hari sekitar puku 13.00 WIB. Saudara dari umat Hindu yang kami wawancarai adalah bernama bapak Ketut Nastra beliau merupakan pengurus di Pura Agung Wira Dharma Samudra, Cilandak, Jakarta selatan. Menurut bapak Ketut Nastra, Pura Agung Wiradharma samudra berdiri pada tanggal 8 agustus 2002 bersamaan dengan lahirnya organisasi IPMC ( Ikatan Pemuda Pura Mariner Cilandak) . Pura Agung didirikan oleh pemerintah dengan asumsi bahwa di cilandak ada sebuah komplek mariner yang beragama hindu, maka pemerintah membuatkan sebuah tempat ibadah bagi mereka dengan pura agung wiradharma sebagai namanya.  Secara geografis, memang pure ini di khususkan untuk para mariner yang kebetulan menetap di kawasan komplek tersebut, namun dalam penggunaannya bukan hanya diperuntukkan bagi pemeluk agama Hindu sekitar komplek tersebut saja, semua boleh menggunakanya.
Pure tersebut tak jauh beda dengan pure pada umumnya, namun dalam system persembahyangan pure agung lebih mendalami   ajaran dari siwa. Kegiatan peribadatan secara rutin yang khas dari pura agung adalah baleganjur, yaitu upacara kesenian pengiringan ngaben. Pura tersebut mempunyai tim sendiri dari kegiatan baleganjur tersebut.
C.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapat setelah melakukan observasi adalahbahwa pura agung wiradharma dulunya diperuntukkan kepada para mariner di komplek setempat , karena pemerintah menyadari bahwa mariner beragama hindu juga memerlukan suatu tempat ibadah layaknya umat agama lain.  Pure tersebut juga mempunyai organisasi kepemudaan yang dinamakan dengan IPMC yang juga dibentuk bersamaan didirikanya pura agung yaitu 8 agustus 2002 sebavagi peresmianya, keuinikan pure ini tentu terlihat jelas pada para penggunanya yang mayoritas  dari para mariner setempat.




Laporan hasil kunjungan
Pada tanggal 22 oktober 2019 kami melanjutkan obsevasi ke salah satu vihara yang berada di daerah cisaug tangengan. Kami berangkat dari pukul 10.00 WIB pagi dan tiba sekitar pukul 13.00 WIB. Sesampainya disana kami bertemu dengan salah satu pengurus vihara yang menjelaskan kepada kami tentang vihara tersebut. Vihara Sobhita cisauk mengalami banyak masa dalam pembuatan ruang kebhaktian begitu banyak proses yang di alami dari mulai berdirinnya hingga sekarang manjadi vihara dan terdapat Bio. Vihara ini berdiri  ± Tahun 1960 berdiri di rumah pribadi, rumah tua milik keluarga Haw Taw dan dengan seiring berjalannya waktu akhirnnya di hibahkan tanah dengan luas ± 600Myang terletak di sebelah rumah tua tersebut dengan ahliwaris yang bernama ibu Ratna.
Akhirnnya di bangunlah vihara dan kelenteng Bio) pada tahun 1980 dengan bantuan para donatur dari Jakarta dan umat sendiri perekembangan umat yang semakin banyak maka pengurus mulai merebah dana membeli tanah untuk perluasan dan membangun ruangan kebaktian pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2005 selama lima tahun proses pembuatan ruang kebhaktian Vihara Sobhitams setelah pembuatan ruang kebhaktian di mulai doa atau kebhaktian ibu-ibu pada tahun yang sama kemudian dengan rutinnya kebhaktian yang di laksanakan oleh umat Vihara Sobhita pada tahun 2010 di lakukan pemugaran kembali untuk membangun kelenteng yang hingga saat ini berdiri teguh.
Di Vihara Sobhita bukan hanya terdapat ibu-ibu saja tapi terdapat anak-anak dan para remaja jumlahnnyapun bisa di bilang cukup banyak dengan total masing-masing  ±150 untuk sekolah minggu (anak-anak), ±120 umum dan ±60 remaja, mereka tidak tergabung dalam satu ruangan yang sama karena Vihara Sobhita terdapat dua lantai yang masing-masing mempunyai Ruang Dhammasala sendiri dengan 3 rupang dari guru besar. Di lantai 1 terdapat Ruang Dhammasala yang di gunakan untuk persembahyangan umum (ibu-ibu, bapak-bapak dan umat dari tempat lain atau tamu) yang di lakukan setiap hari minggu pagi pukul 09.00 – selesai, lalu bukan hanya terdapat Ruang Dhammasala saja tapi di bagian depan terdapat Bio atau biasa di sebut kelenteng dan di lantai 2 terdapat Ruang Dhammasala untuk anak sekolah minggu melaksanakan kebhaktian pada minggu pagi pukul 09.00-selesai untuk kebhaktian pemuda atau remaja bisa di laksanakan di sabtu malem (malam minggu) pukul 19.00-selesai.
Banyak kegiatan yang di lakukan oleh umat Vihara Sobhita bukan hanya kebhaktian di minggu pagi dan sabtu malam saja tapi kegiatan yang berhubungan dengan ritual (tradisi) juga di lakukan seperti Ce It Cap Go, sejit, imlek dan lainnya itu termasuk salah satu ritual atau tradisi Tionghoa yang masih kental di laksanakan oleh umat Vihara Sobhita Karena kebanayakan dari umat Vihara Sobhita itu keturunan Tionghoa maka dari itu yang mendasari banayknya ritual atau tradisi yang di lakukan pada setiap tahun bukan hanya kalangan umum yang memiliki kegiatan pada setiap tahunnya tapi kalangan remaja dan anak sekolah minggu juga sudah memiliki jadwalnnya masing-masing selama satu tahun untuk membantu memperlancar program kerja yang sudah di susun dengan baik. Kegiatan yang sering di lakukan oleh anak sekolah minggu salah satunnya dengan Dhamma Class, ulang tahun gabungan, anjangsana dan lain sebagainnya itu termasuk kegiatan yang rutin di lakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ada lalu para remaja yang bertugas mengajar (memberi materi) kepada anak sekolah minggu dengan system kelas di pisah (sesuai kelas masing-masing). Kegiatan tersebut terus berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah di buat oleh masing-masing bagian.
Di Vihara Sobhita ini kita bukan hanya menghormati Sakyamuni Buddha saja tapi Karena di Sobhita ini beraliran Tridharma maka dari itu kita menghormati tiga guru agung yang berasal dari 3 agama besar yaitu Sakyamuni Buddha (Agama Buddha), Lo Cu (Agama Tao), dan Kong Cu (Agama Kong Hu Cu) dari ketiga ajaran tersebut maka di dalam aliran tridharma terdapat akulturasi antara agama dan budaya (tradisi) sendiri.