Kamis, 21 November 2019

Sistem kemasyarakatan, pemerintahan, filsafat dan kepercayaan pada masa hindu Buddha di Indonesia

Sistem kemasyarakatan, pemerintahan, filsafat dan kepercayaan pada masa hindu Buddha di Indonesia
sumber foto : http://tatahsejarah.blogspot.com/2012/04/perkembangan-masyarakat-indonesia-pada.html


Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi" dan Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).Keyakinan dalam HinduHindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.[1]. Menurut ajaran Hinduisme di India, dalam masyarakat terdapat tingkat-tongkat golongan yang bersifat hirachisvertikal. Masing-masing golongan (kasta) satu sama lain tidak ada hubungan  sosial secara demokratis, sehingga satu sama lain tidak merupaka golongan (kasta)  yang mebutup diri terhadap yang lainnya. Dengan kata lain kasta-kasta tidak boleh bergaul dengan kasta lain dibawahnya. Pembagian kasta tersebut dibagi secara langsung dalam Kitab suci Brahmana sebagai,an berikut:Sutra 4 menyebutkan bahwa ada Empat Kasta: Brahmana Ksatrya. Waisha dan Sudra. Sutra 5 menegaskan bahwa dari keenam kasta yang disebut terlebih dahulu adalah yang lebih baik kelahirannya. Dalam Sutra 6 dinyatakan bahwa kewajiban orang-orang yang bukan Sudra yang tidak berbuat kejahatan adalah inisiasi, memplajari kitab Weda, membuat api upacara atau suci. Hal tersebut merupakan perbuatan yang berpahala. Dalam Sutra 7 dinyatakan bahwa Sudra wajib taat kepada kasta-kasta di atasnya.[2]
Pada umumnya, filsafat/filosofi merupakan ilmu pengetahuan yang meningkatkan atau menitik beratkan penjelaskan mengenai segala gejala phenomena alam semesta (universe) dengan berlandaskan asasi sebab-musabab mutlak (ultimate causes).
            Istilah ‘filosofi’ dalam bahasa Inggris ialah Philosophy (bahasa perancis = philosophie ; bahasa Latin =  philoshophia : kata Yunani : philosophia berasal dari filos (teman) dan sophos (kebijaksanaan) = kegemaran akan kebijaksanaan  (the love or pursuit of wisdom). Menurut Internasional English Dictionary, kata ‘philosophy’ dapat diartikan sebagai berikut:
1.      Kegemaran akan kebijaksanaan atau pengetahuan terutama mengenai akan realitas mutlak atau dengan sebab-musabab  umum dan dasar-dasar pokok  menurut Kamus Umum Bahas a Indonesia susunan W. J. S. Poer  wadarminta : falsafat berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asa-asas hukum. Dari pada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.[3]
a.      Sistem Kemasyarakatan.
sistem kemasyarakatan pada masa hindu, kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh stratifikasi sosial berdasarkan sistem kasta. Dalam sistem ini, masyarakat dibagi atas tingkatan-tingkatan kasta tertentu yang memiliki sistem nilai yang berbeda-beda dan berlaku secara turun-temurun.
Sedangkan pada masyarakat yang dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan Buddha, sistem struktur sosial masyarakatnya tidak didasarkan pada kasta tetapi berdasarkan dua golongan, yaitu golongan Bikkhu-Bikkhuni dan masyarakat umum. 

b.      Sistem Pemerintahan
Pemerintahan adalah sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan, mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik serta dengan bagian-bagiannya. Kolonialisme mencengkram begitu kuat pada wilayah koloninya melalui pemerintahan kolonial. Inggris pun melakukan hal tersebut pada wilayah koloninya, India. Sebelum Bangsa Eropa datang pada 1498 yang dimulai oleh Vasco da Gama, India diperintah oleh pemerintahan Hindu yaitu, Kerajaan Vijayanagar (1336-1646). Dalam perkembangan sejarah selanjutnya maka untuk menunjukkan adanya kekuasaan tertinggi pada beberapa wanua mereka mengangkat seorang penguasa tertinggi yang telah mampu menunjukkan kekuasaan dan wewenangnya. Pengangkatan itu memerlukan suatu upacara penobatan dan dilakukan oleh pemimpin agama. setelah menerima gelar abhiseka, selanjutnya mereka itu memakai gelar ratu, sang ratu, raja, Maharaja, Sri maharaja dan lain-lainnya. Menurut Pitirim A. Sorokin sistem berlapis memang merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Mengenai sistem pelapisan di masyarakat itu, bukan hal yang baru. Bahkan pada zaman kuno dahulu, seorang ahli filsafat Yunani yang kenamaan yaitu Aristoteles juga pernah mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap masyarakat atau negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka berada ditengah-tengahnya. Ucapan demikian itu setidaknya membuktikan bahwa di zaman dahulu itu dan juga pada zaman-zaman sebelumnya, orang telah mengakui adanya pelapisan di masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas.[4]

Pengaruh Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia, mendorong terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia. Dalam sistem ini, masyarakat tidak lagi dipimpin oleh ketua suku, melainkan oelh seorang Raja yang berkuasa secara turun-temurun.  Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.

c.       Filsafat dan Sistem Kepercayaan.
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. Percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat. Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.[5]



Seni ukir peninggalan kerajaan Hindu-Buddha sesuai dengan kronologinya


Peninggalan seni ukir Kerajaan Hindu- Buddha
Indonesia terkenal dengan budayanya yang beragam. Setiap daerah memiliki budaya sendiri sebagai ciri khas masyarakatnya. Jika dilihat lebih jeli, hampir semua wilayah Indonesia didominasi dengan budaya masyarakat Hindu. Hal tersebut terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarah sebagai jejak majunya peradaban kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia yang paling dikenal masyarakat yaitu candi dan berbagai prasasti. Keberadaan peninggalan ini pun dilestarikan sebagai cagar budaya warisan Indonesia. Hingga saat ini peninggalan kerajaan Hindu Budha banyak dilestarikan sebagai tempat-tempat wisata. Di samping itu tidak sedikit juga berbagai peninggalan seperti prasasti juga dilestarikan di dalam museum-museum. Ini merupakan wujud pelestarian budaya Indonesia. Bermula dari penyebaran agama, hingga saat ini peninggalannya masih bisa kita rasakan. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai sejarah hingga perkembangan kerajaan Hindu Budha di Indonesia.[1]


Seni Ukir Kerajaan Hindu
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa , seni pahat , dan seni ukir . Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahat pada bagian dinding-dinding candi . Misalnya , relief yang dipahat pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Budha . Di sekitar Sang Budha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati .
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah . Hiasan relief kala makara , dasarnya adalah motif bintang dan tumbuh-tumbuhan . Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu . Binatang-binatang itu dipandang suci , maka sering diabadikan dengan cara di lukis .[2]



     Prasasti Muara Kaman

Sumber Gambar :  https://www.google.com/search?q=kronologi+Prasasti+Muara+Kaman&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=rCGMVd2lNYi1uAS7-4C4CA&ved=0CAgQ_AUoAg&biw=1280&bih=644
Tempat Penemuan: Tepi Sungai MahakamKalimantan timur
Isi Prasasti: Tentang kerajaan kutai

Didirikan kira kira tahun 400 m
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara KamanKalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[2][3] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.



2.     Prasasti Citareun


Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=kronolog+Prasasti+Ciaruteun&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=dSKMVYjsGoKfugTBj4DYCA&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644 
Tempat Penemuan: Daerah Bogor, Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara




3.     Prasasti Mulawarman

https://www.google.com/search?q=Prasasti+Mulawarman&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=ziKMVYmkAou2uATk1YGIDw&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644 
Tempat Penemuan: Daerah Bali
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Kutai



4.     Prasasti Tugu

Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+Tugu&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=FyOMVfHHFJDGuASvwYKYAg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644 
Tempat Penemuan: Daerah Bogor Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara



5.     Prasasti Pasir Awi


Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Pasir+Awi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=PiOMVeq8AdCxuAS95oHQCg&ved=0CAgQ_AUoAg&biw=1280&bih=644 
Tempat Penemuan: Daerah Bogor Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara





6.   Prasasti Kalasan (778 m) 


Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+Kalasan+%28778+m%29&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=bSOMVZfsOceouQSz64egCA&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644

Tempat Penemuan: Dekat Magelang

Isi Prasasti: Tantang kerajaan Mataram Hindu deengan Raja Rakai Panangkaran





7.  Prasasti Canggal (732 m)



Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+Canggal+%28732+m%29&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=niOMVbfvJoedugSmkbGoDg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644
Tempat Penemuan: Dekat Magelang

Isi Prasasti: Dengan raja Sanjaya



Seni Ukir Kerajaan Buddha

1.     Prasasti talang tuo


Kerajaan Sriwijaya 
Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+talang+tuo&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=4COMVeDeF42KuAT4gLDQAg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644




2.     Prasasti Pangkal Pinang

Kerajaan Sriwijaya 
Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+Pangkal+Pinang&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=ASSMVfK3JJegugTTvJK4Cg&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644




3.     Prasasti karang barahi 



Sumber Gambar : https://www.google.com/search?q=Prasasti+karang+berahi&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=KiSMVfDjMsOuuQSVg4-IBA&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1280&bih=644 
Tempat Penemuan: Daerah Jambu Hulu
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Sriwijaya[3]




Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha sesuai corak keagamaan.

Peninggalan kerajaan Hindu-Buddha sesuai corak keagamaan

Di Indonesia banyak sekali ditemukan berbagai bentuk peninggalan sejarah  bercorak Hindu. Kamu pasti bertanya, sejak kapan dan bagaimana ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Lalu apa saja bentuk-bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu? Jangan khawatir kamu akan mendapat jawabannya pada pembahasan kali ini. Untuk itu, simaklah dengan saksama karena kita akan bersama-sama kilas balik ke masa lalu.
Perkembangan ajaran agama Hindu berawal sekitar tahun 1500 sebelum Masehi (SM). Ditandai dengan datangnya bangsa Yunan. Bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia? Mereka memasuki wilayah Nusantara dengan perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka mendirikan rumah dan hidup secara berkelompok dalam masyarakat desa dan menetap di Nusantara.
Kebudayaan mereka sudah cukup maju. Mereka sudah mengenal bercocok tanam. Mereka juga berdagang dan membuat peralatan dari tanah liat serta logam. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Kepercayaan yang mereka anut ialah animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh halus. Dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung. Kapan ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Ajaran Hindu masuk ke Indonesia sejak permulaan masehi. Agama Hindu dikenal penduduk Indonesia melalui hubungan dagang dengan india.[1]

Perkembangan ajaran Hindu-Budha di Indonesia tidak terlepas dari letak strategis Indonesia yang menjadikannya sebagai daerah dengan banyaknya orang asing yang ingin melakukan perdagangan di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, maka disebarkanlah ajaran –ajaran termasuk di dalamnya ajaran Hindu-Budha. Ajaran Hindu-Budha telah banyak mewarnai kehidupan di negeri ini. Akan tetapi, proses pasti dari masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia masih belum terkuak. Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli sejarah perihal masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia.[2] Indonesia memiliki peninggalan-peninggalan Hindu dan Budha yang sangat banyak tersebar di berbagai daerah. Peninggalan-peninggalan tersebut masih ada yang tersimpan di museum, ada juga yang berada di lokasi yang sekarang jadi obyek wisataPeninggalan-peninggalan Hindu dan Budha tersebut hingga sekarang dijadikan referensi atau bahan untuk guru Sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial saat memberikan pembelajaran kepada para murid-muridnya. Ada banyak peninggalan-penginggalan masa Hindu Budha di Indonesia. Berikut peninggalan-peninggalan pada masa Hindu dan Budha di Indonesia :  
Candi Borobudur (Dok. Didno)
Candi Borobudur (Dok. Didno)

2. Gapura
Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa dan yang terbelah dua disebut Bentar.
Tirta Jolotundo (Gambar Sekar Rinonce)
Tirta Jolotundo (Gambar Sekar Rinonce)
3. Petirtaan
Petirtaan adalah pemandian suci untuk kalangan istana atau bangsawan. Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan Jolotundo.
Patung Ken Dedes (Gambar ruanasagita.blogspot.com)
Patung Ken Dedes (Gambar ruanasagita.blogspot.com)
4. Patung atau Arca
Patung atau arca adalah benda yang terbuat dari batu yang dipahat menyerupai seorang manusia atau binatang. Contohnya : Arca Perunggu Siwa Mahadewa, Arca Batu Wisnu, Arca Batu Brahma, dll. Khusus patung berupa manusia, tujuan pembuatannya adalah mengabadikan tokoh tertentu. Patung peninggalan itu juga dibuat berdasarkan peninggalan agama Hindu dan agama Budha. Patung dalam agama Hindu dapat dibedakan menjadi patung dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik sedangkan dalam agama budha diwujudkan sebagai sang Budha Gautama sendiri yang tampil dalam berbagai posisi.

Demikian juga dalam hasil seni pahat sebagai pengisis bidang pada dinding candi yang melukiskan suatu cerita atau kisah, sering disebutnya dengan relief. Contohnya; relief yang terdapat pada candi prambanan, terdapat cerita ramayana yang dipahatkan pada pagar langkah Candi Siwa diteruskan pada pagar langkah Candi Brahma. Demikian halnya Candi Borobudur ada Karmawibbhangga, Lalitavistara, jatakamala-Awadana, dan Gandawyuha-Bhadracari.[3]
Bentuk  patung  Hindu  dan  patung  Budha memang berbeda. Patung Hindu umumnya  berbentuk  dewa-dewi,  tokoh,  dan  makhluk mistik. Misalnya, patung Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Sedangkan patung  Buddha,  bentuknya  mewujudkan  Sang Buddha Gautama sendiri. Patung Buddha tampil dalam  berbagai posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.
Relief Candi Borobudur (Dok. Didno)
Relief Candi Borobudur (Dok. Didno)
5. Relief
Relief adalah seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi. Relief itu melukiskan suatu cerita. Contohnya relief yang ada pada Candi Borobudur dan Prambanan.   
Prasasti Ciaruteun (Gambar Wikipedia.org)
Prasasti Ciaruteun (Gambar Wikipedia.org)
6. Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah. prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.[4]
Prasasti merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang  sejarah, dan peringatan atau catatan suatu peristiwa. Misalnya Prasasti Canggal,  Prasasti Ciaruteun, Prasasti Talang Tuo, dan Prasati Kota Kapur, dan lainnya.
Kitab Negara Kertagama (Gambar bunga911.blogspot.com)
Kitab Negara Kertagama (Gambar bunga911.blogspot.com)
7. Kitab
Kitab merupakan karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa atau sejarah.Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah dalam sejumlah bait. Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut  Kakawin. Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca, dan Sutasoma karya Mpu Tantular.